Hingga Malam Aksi Buruh Yamaha Bertahan: Akses Ditutup, Produksi Terganggu, Rekrutmen Mandek
Gelombang unjuk rasa buruh kembali membara di depan gerbang PT Yamaha Music Manufacturing Asia (YMMA), Kawasan Industri MM2100, Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Kamis (3/7/2025). Ribuan buruh yang tergabung dalam Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) kembali turun ke jalan. Ini merupakan lanjutan dari rangkaian aksi sejak Oktober 2024 yang sempat kembali pecah pada Maret dan 23 Juni lalu.
Hingga malam, massa buruh bertahan di depan pintu utama pabrik Yamaha, menutup penuh akses keluar-masuk kendaraan. Jalan utama di kawasan industri pun lumpuh total. Tak hanya pekerja internal Yamaha yang terdampak, karyawan perusahaan lain di sekitar pabrik pun ikut terjebak kemacetan panjang.
“Silakan menyampaikan aspirasi, tapi jangan sampai mengganggu hak pekerja lainnya,” ujar Susi (45), karyawan salah satu perusahaan di kawasan industri MM2100. “Ini jalan utama, ditutup total. Kami semua jadi korban.”
Aksi yang disebut sebagai bentuk solidaritas terhadap dua pengurus serikat yang diberhentikan—Slamet Bambang Waluyo dan Wiwin Zaini Miftah—menyulut ketegangan antara buruh dan manajemen. Keduanya menjabat sebagai Ketua dan Sekretaris PUK SPEE FSPMI PT YMMA.
Manajemen PT YMMA menyebut aksi buruh yang berlangsung berulang kali itu telah mengganggu operasional secara serius. Kartiyono, Manajer General Affair YMMA, menyampaikan bahwa bukan hanya produksi yang terganggu, tetapi juga karyawan internal ikut terdampak, termasuk yang sedang bekerja.
“Setiap pulang kerja, karyawan kami diadang massa. Ada yang harus buru-buru pulang karena anak kecil di rumah, tapi tertahan,” ujarnya.
Bahkan, menurut Kartiyono, mobil katering sempat dicegah masuk, mengakibatkan ratusan karyawan tak mendapatkan makan siang sesuai jadwal.
Lebih jauh, ia mengungkap insiden yang disebutnya paling memprihatinkan: ambulans pembawa karyawan sakit sempat diadang oleh massa aksi.
“Ini sudah bukan lagi soal industrial, ini menyentuh kemanusiaan,” tegasnya.
Tak hanya produksi yang terganggu, dampak aksi juga merembet ke proses rekrutmen. Sri Kusmiati, Manajer Human Capital Development YMMA, menyebut perusahaan sudah enam kali membatalkan jadwal seleksi calon karyawan sejak Maret 2025.
“Psikotes bisa sampai 200 orang per hari, wawancara 30 orang. Tapi setiap aksi turun, semua batal. Bahkan penempatan 60 orang minggu ini terpaksa ditunda,” katanya.
Menurut Sri, lebih dari 100 pelamar yang sudah lolos tahap akhir belum bisa mulai bekerja akibat ketidakpastian situasi. “Kami memahami aspirasi buruh, tapi perlu juga mempertimbangkan dampak sosial terhadap pencari kerja yang menggantungkan masa depan mereka di sini.”
Aksi ini dipicu oleh pemutusan hubungan kerja terhadap Slamet dan Wiwin, dua pengurus PUK FSPMI di lingkungan PT YMMA. Mereka disebut diberhentikan tanpa musyawarah dan dinilai sebagai bentuk pembungkaman terhadap aktivitas serikat pekerja.
“Kami menuntut perusahaan mencabut PHK terhadap ketua dan sekretaris kami,” kata Sarino, Koordinator Aliansi Buruh Bekasi Melawan, dalam orasinya.
Namun pihak PT Yamaha menyatakan sudah menempuh jalur hukum dengan membawa persoalan ke Pengadilan Hubungan Industrial (PHI). Perusahaan menyatakan akan menghormati proses hukum dan menunggu putusan resmi pengadilan.
Hingga Kamis malam, massa buruh belum membubarkan diri. Aparat keamanan tampak bersiaga menjaga situasi agar tidak semakin memanas. Aksi ini diperkirakan akan terus berlangsung hingga ada tanggapan yang memuaskan dari pihak perusahaan atau keputusan hukum final dari PHI.
Dengan semakin kompleksnya persoalan, upaya mediasi yang adil dan terbuka antara perusahaan dan buruh menjadi kebutuhan mendesak agar krisis industri ini tidak terus merugikan semua pihak, dari buruh, manajemen, hingga para pencari kerja yang ikut terdampak.