Dorong Kemajuan Teknologi, Pakar dan BRIN Tekankan Pentingnya Pembelajaran AI Sejak Dini

Pembelajaran kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) sejak usia dini dinilai memiliki potensi besar dalam mendorong kemajuan teknologi Indonesia, khususnya di bidang robotika. Hal ini disampaikan oleh Mochammad Aryanto, Ph.D, pakar Teknik Mesin dari Universitas Diponegoro sekaligus Visiting Professor di Department of Mechanical Engineering, Osaka University, Jepang.

Dalam sebuah diskusi daring yang digelar pada Rabu (18/6/2025), Aryanto mengungkapkan bahwa sejumlah sekolah dasar (SD) di Jepang telah mengajarkan ilmu pemrograman dan penerapan dasar AI untuk menciptakan robot sederhana. Menurutnya, pengenalan teknologi ini sejak dini menjadi kunci pengembangan inovasi masa depan.

“Sejak kecil mereka sudah diperkenalkan dengan bahasa pemrograman, robotik, dan sebagainya. Saat ini, hampir semua sistem robotik membutuhkan kecerdasan buatan,” ujar Aryanto.

Ia menambahkan, perkembangan kendaraan listrik turut menggeser paradigma lama dalam dunia teknik mesin. Jika sebelumnya kendaraan dikenal sebagai “mesin pembakaran internal yang diberi roda,” kini kendaraan modern lebih tepat disebut sebagai “robot atau komputer yang diberi roda.”

Lebih lanjut, Aryanto menekankan pentingnya pembelajaran AI yang dibarengi dengan penguatan fondasi dasar seperti logika, pengenalan algoritma, pemrograman, serta pendidikan etika digital termasuk perlindungan data pribadi.

Sejalan dengan Aryanto, Peneliti dari Pusat Riset Mekatronika Cerdas, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dimas Sangaji, juga menyuarakan pentingnya pemahaman dasar-dasar pemrograman dan sensor sebelum siswa diperkenalkan pada AI. Ia menilai, penggunaan AI tanpa dasar keilmuan yang memadai berisiko menurunkan tingkat pemahaman terhadap robotika itu sendiri.

“Menurut saya, anak-anak sekolah maupun mahasiswa perlu diajarkan dulu dasar-dasar pemrograman dan teknologi sensor. Baru setelah itu, AI digunakan sebagai alat bantu untuk meningkatkan kapabilitas mereka,” ujar Dimas.

Dimas menegaskan bahwa AI harus dikenalkan sebagai alat pendukung (tools) dalam bidang robotika, bukan sebagai substitusi dari pengetahuan teknis dasar. Seiring dengan hal tersebut, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) RI telah mulai menyiapkan kurikulum baru yang mengadopsi materi kecerdasan buatan.

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti menyatakan bahwa pihaknya sudah memulai pelatihan guru sebagai bagian dari implementasi kurikulum AI secara bertahap.

“Pelatihan gurunya sudah dimulai. Nanti akan kita usahakan juga agar pelatihan ini terhubung dengan proses sertifikasi guru,” ujar Abdul Mu’ti pada 14 Mei lalu.

Saat ini, AI masih berstatus sebagai mata pelajaran pilihan di beberapa sekolah. Namun, pemerintah merencanakan pengintegrasian materi AI ke dalam kurikulum utama agar dapat diterapkan lintas mata pelajaran.

Langkah ini diharapkan mampu membekali generasi muda dengan keterampilan teknologi masa depan dan menjadikan Indonesia sebagai pemain aktif dalam revolusi digital global.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup