Gubernur Jawa Barat Dorong Sinergi Ekonomi Tradisi dan Teknologi Digital untuk Kendalikan Inflasi

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menegaskan pentingnya mengintegrasikan ekonomi tradisional dengan kecanggihan teknologi digital sebagai strategi efektif dalam mengendalikan inflasi di wilayah Jawa Barat.

Pernyataan tersebut disampaikan Dedi Mulyadi saat membuka acara High Level Meeting (Pasamoan Agung) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dan Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD) se-Jawa Barat, yang digelar di Kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karawang, Rabu lalu.

Dedi menyoroti pentingnya memahami karakteristik ekonomi masyarakat Jawa Barat yang terbagi ke dalam dua kawasan besar, yakni kawasan pedesaan dan perkotaan. Menurutnya, hamparan pedesaan harus dimanfaatkan sebagai pusat produksi pangan berbasis ekonomi tradisional.

“Saya berangkat dari kerangka berpikir tradisi ekonomi Jawa Barat. Ada dua hamparan karakter manusia: pedesaan dan perkotaan. Hamparan pedesaan itu harus menjadi pusat produksi. Orang Sunda punya prinsip ekonomi yang sederhana: saeutik mahi, loba nyesa (sedikit cukup, banyak sisanya),” ujarnya.

Dedi juga menekankan pentingnya perhatian kepala daerah terhadap tingginya biaya produksi pertanian, salah satunya dari sisi sewa lahan. Ia menargetkan penataan desa-desa di Jabar sebagai sentra produksi pangan mandiri.

“Masalah utama saat ini adalah tingginya biaya sewa lahan. Oleh karena itu, kita perlu menata kembali desa-desa agar menjadi pusat produksi pangan,” katanya.
Selain produksi skala besar, Gubernur Dedi juga mendorong masyarakat memanfaatkan lahan kosong di pekarangan rumah untuk menanam cabai dan sayuran sebagai bentuk penerapan ekonomi tradisi yang konkret.

Lebih jauh, Dedi mengajak warga untuk adaptif terhadap perkembangan teknologi. Ia menekankan bahwa pemanfaatan kecerdasan buatan (artificial intelligence) dapat menjadi penunjang dalam sektor pertanian dan perkebunan.

“Negeri ini kaya, kita punya kekuatan digital, kita punya kekuatan manual. Ada ekonomi berbasis teknologi, dan ada ekonomi berbasis tradisi. Keduanya harus berjalan beriringan,” tegasnya.

Senada dengan Demul, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat, Muhamad Nur, menyebut bahwa ekonomi tradisional memiliki nilai luhur warisan leluhur yang patut dijadikan pedoman di era digital saat ini.

“Yang menarik, ternyata ekonomi tradisional itu harus kita jadikan pegangan karena mengandung nilai-nilai luhur yang bisa menjadi dasar dalam menjaga ketahanan pangan,” ungkapnya.

Nur juga menyampaikan bahwa BI Jawa Barat berkomitmen mendorong peningkatan kapasitas petani melalui dukungan pembiayaan dan pendidikan, agar para pelaku tani makin terampil dalam mengelola lahan dan produksi pertanian.

“Sejalan dengan arahan Pak Gubernur, investasi di sektor pendidikan akan didorong agar menciptakan tenaga kerja yang terampil dan siap digunakan, khususnya di bidang pertanian,” pungkasnya.

Acara tersebut dihadiri oleh para bupati, wali kota, serta perwakilan instansi teknis se-Jawa Barat yang tergabung dalam TPID dan TP2DD. Pertemuan ini diharapkan dapat memperkuat koordinasi lintas sektor dalam menjaga stabilitas harga dan mempercepat digitalisasi ekonomi daerah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup