Jelang Iduladha, Pemkot Bandung Perketat Pemeriksaan Hewan Kurban dan Dorong Digitalisasi Lewat Aplikasi e-Selamat
Menjelang Hari Raya Iduladha 1446 Hijriah, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung meningkatkan pengawasan terhadap lalu lintas hewan kurban yang masuk ke wilayahnya. Pemeriksaan kesehatan ante mortem, atau pemeriksaan sebelum hewan disembelih, menjadi fokus utama demi menjamin kelayakan hewan dan keamanan pangan masyarakat.
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, bahkan turun langsung ke lapangan untuk meninjau pelaksanaan pemeriksaan kesehatan hewan di Pusat Kesejahteraan Kavaleri (Pussenkav) Jalan Salak, Kelurahan Turangga, pada Selasa (3/6/2025). Farhan menegaskan bahwa langkah ini merupakan bentuk tanggung jawab pemerintah terhadap kesehatan masyarakat.
“Kalau satu ekor saja terdeteksi penyakit menular, semua harus disaring. Jadi lebih baik kita antisipasi sejak awal,” ujarnya kepada awak media saat melakukan inspeksi, seperti dikutip dari laman resmi jabarprov.go.id, Kamis (5/6/2025).
*Digitalisasi Pengawasan: Aplikasi e-Selamat Diluncurkan*
Dalam kesempatan tersebut, Farhan memperkenalkan aplikasi e-Selamat, sebuah inovasi digital yang dikembangkan untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi kesehatan hewan kurban secara cepat dan transparan. Setiap hewan yang lolos pemeriksaan akan diberi “kalung sehat” yang dilengkapi QR code dan data lengkap, termasuk foto hewan.
“Dengan e-Selamat, masyarakat bisa langsung scan dan melihat status kesehatan hewan kurban. Ini menjamin transparansi dan mencegah pemalsuan,” jelas Farhan.
Farhan mengajak para penjual dan pembeli untuk memanfaatkan aplikasi ini agar memiliki informasi yang valid dan merasa lebih aman saat menunaikan ibadah kurban.
*Hasil Pemeriksaan: 30 Persen Hewan Belum Layak Kurban*
Hingga 3 Juni 2025, sekitar 10.000 ekor hewan kurban telah tercatat masuk ke Kota Bandung. Berdasarkan hasil pemeriksaan, 30 persen dinyatakan belum layak disembelih, umumnya karena belum memenuhi batas umur sesuai ketentuan syariah. Sisanya, 70 persen atau sekitar 7.000 ekor dinyatakan sehat dan siap dikurbankan, yang terdiri dari domba, kambing, sapi, serta tiga ekor kerbau.
*Pussenkav Jadi Sentra Penitipan, Tapi Kapasitas Harus Dijaga*
Pemkot Bandung memilih Pussenkav sebagai salah satu lokasi penitipan hewan kurban. Farhan menyatakan bahwa satuan tersebut memiliki sumber daya manusia dan fasilitas yang mumpuni dalam merawat hewan, terutama kuda. Namun, ia menekankan agar fungsi utama Pussenkav sebagai pusat pelatihan dan perawatan kuda tetap dijaga.
“Tempat ini terbiasa mengelola kuda tunggangan hingga kuda usia lanjut. Tapi jumlah kambing harus dibatasi agar tidak mengganggu fungsi utama,” tegasnya.
*Pemotongan Disarankan di RPH Bersertifikat*
Farhan mengimbau masyarakat untuk melakukan pemotongan hewan di Rumah Potong Hewan (RPH) resmi. Kota Bandung memiliki dua RPH milik pemerintah di Ciroyom dan Cisaranten, serta beberapa RPH swasta yang juga dapat diakses publik. Proses pendaftaran sudah dibuka dan bisa dilakukan secara online melalui akun Instagram resmi DKPP Kota Bandung atau langsung ke lokasi.
Ia menekankan pentingnya menggunakan jasa juru sembelih yang memiliki sertifikasi kompetensi, guna menghindari kesalahan teknis saat penyembelihan maupun penanganan limbah.
“Hewan yang stres sebelum dipotong bisa membahayakan dirinya sendiri dan orang di sekitarnya. Jadi harus ditangani profesional,” ujarnya.
*Isu Lingkungan Juga Jadi Sorotan*
Pemkot juga mulai mempertimbangkan pengurangan penggunaan plastik sebagai pembungkus daging kurban. Jika tetap digunakan, maka diupayakan agar plastik yang dipakai bersifat dapat didaur ulang. Menurut Farhan, pengelolaan sampah plastik saat ini justru lebih terkendali dibandingkan sampah organik yang belum optimal di semua titik.
Sebagai contoh, ia menyebut Pasar Gedebage yang telah memiliki sistem pengolahan sampah organik cukup baik dan bisa dijadikan model bagi titik-titik pemotongan lainnya.
*Kualitas Hewan Kurban Lebih Baik Meski Penjualan Belum Maksimal*
Meski angka penjualan hewan kurban belum menyamai pencapaian tahun lalu yang mencapai 16.000 ekor hingga hari Tasyrik, Farhan optimistis jumlah tersebut masih bisa dikejar mengingat masih tersisa enam hari, termasuk masa tasyrik.
“Kualitas hewan tahun ini jauh lebih baik. Pedagang juga mulai jualan lebih awal. Artinya, minat beli juga tumbuh,” ujarnya optimis.
Pasokan hewan ke Bandung mayoritas berasal dari wilayah seperti Garut, Tasikmalaya, dan daerah sekitarnya. Namun, tren positif juga terlihat dari munculnya peternak lokal di Kota Bandung yang mulai membudidayakan domba secara mandiri.
“Warga Bandung juga mulai ternak sendiri. Ini kabar baik untuk kemandirian suplai,” tutup Farhan.