ITB Batalkan Rencana Kampus Pascasarjana Ekonomi Syariah Digital di PIK 2 Usai Menuai Kritik

Institut Teknologi Bandung (ITB) resmi membatalkan rencana pembukaan kampus pascasarjana (S2) Program Ekonomi Syariah Berbasis Digital di kawasan Menara Syariah, Pantai Indah Kapuk (PIK) 2, Tangerang. Keputusan ini diumumkan setelah munculnya berbagai penolakan dari masyarakat, sivitas akademika, hingga alumni ITB.

Wakil Rektor Bidang Komunikasi, Kemitraan, Kealumnian, dan Administrasi Umum (WRKMAA) ITB, A. Rikrik Kusmara, dalam keterangan resminya di Bandung, Senin (30/6), menyampaikan bahwa pembatalan ini merupakan hasil pertimbangan serius terhadap berbagai masukan yang diterima pihak kampus.

“ITB akan mengkaji ulang rencana kerja sama ini secara lebih menyeluruh, tidak hanya dari aspek pendidikan, tetapi juga mempertimbangkan dampak sosial, lingkungan, dan keberlanjutan pembangunan,” ujar Rikrik.

ITB menegaskan tetap berkomitmen mengembangkan program ekonomi syariah berbasis digital yang bersifat multidisiplin. Program ini akan tetap dijalankan melalui fasilitas yang dimiliki ITB di kampus Jakarta, Ganesha (Bandung), Jatinangor (Sumedang), dan Cirebon.

Rencana awal pembukaan kampus di PIK 2 dijadwalkan dimulai pada 2025. Menara Syariah, sebagai bagian dari megaproyek PIK 2 yang mulai dikembangkan sejak 2022, sempat menawarkan kerja sama kepada ITB dalam upaya menciptakan pusat pendidikan ekonomi dan keuangan syariah terbesar di Asia Tenggara.

Penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara ITB dan PT Kukuh Mandiri Lestari dilakukan pada 23 Juni 2025 di Gedung Rektorat ITB. Rektor ITB Tatacipta Dirgantara dan Direktur Utama PT Kukuh Mandiri Lestari, Letjen (Mar) Purn Nono Sampono, turut hadir dalam acara tersebut.

Namun tak lama setelah itu, muncul gelombang penolakan dari berbagai kalangan, termasuk alumni terkemuka seperti Said Didu. Kritik utama mengarah pada latar belakang PIK 2 yang dinilai sarat persoalan, meskipun pernah menyandang status proyek strategis nasional.

Penolakan ini juga menyoroti pentingnya menjaga integritas perguruan tinggi dari keterlibatan dalam proyek yang dipandang bertentangan dengan kepentingan publik. Merespons dinamika tersebut, ITB menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat.

“Dengan kerendahan hati, kami meminta maaf atas berbagai polemik yang muncul. Kami menghargai perhatian dan cinta dari masyarakat serta alumni terhadap ITB. Mohon dukungan agar kami tetap dapat menjalankan amanah para pendiri bangsa dalam menyelenggarakan pendidikan yang unggul dan berdampak,” ujar Rikrik.

ITB sendiri telah mengembangkan pendidikan keuangan dan perbankan syariah sejak 2007 dan aktif menjalin kerja sama dengan berbagai institusi dalam maupun luar negeri. Ke depan, kampus ini menyatakan akan tetap berperan aktif dalam memajukan literasi dan inklusi ekonomi syariah nasional, dengan tetap berpijak pada prinsip moral dan keberlanjutan.

 

 

 

Foto: HO-ITB

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup