Latihan Tempur di Belitung, Kopasgat TNI AU Pamer Kehebatan Mortir Andalan

Wing Komando I Kopasgat (Komando Pasukan Gerak Cepat) TNI Angkatan Udara memamerkan kekuatan senjata mortir dalam persiapan latihan tempur bersandi Hardha Marutha I 2025 di Desa Buding, Kecamatan Kelapa Kampit, Kabupaten Belitung Timur, Senin (23/6/2025).

Dalam sesi pratinjau latihan tersebut, ANTARA berkesempatan menyaksikan langsung kemampuan dan kesiapan alutsista bantuan lintas lengkung yang menjadi salah satu kekuatan utama prajurit Kopasgat dalam menghadapi medan pertempuran.

Komandan Wing Komando I Kopasgat, Kolonel Pas Helmi A. Nange, menjelaskan bahwa pihaknya menurunkan lima unit mortir dalam sesi uji coba ini. Rinciannya, dua mortir 60 LR (Long Range) buatan Hirtenberger, Austria; satu mortir 81 mm buatan pabrikan yang sama; serta dua mortir 81 mm buatan dalam negeri oleh PT Pindad.

“Mortir 60 LR memiliki daya jangkau sejauh 4.000 meter, sedangkan mortir 81 mm dapat mencapai hingga 6.500 meter,” ujar Kolonel Nange.

Mortir-mortir ini merupakan senjata organik dari pasukan elite Kopasgat, yakni Batalyon Komando 467 Hardha Dedali dan Batalyon Komando 461 Cakra Baskhara.

Strategi Operasional Mortir

Nange menjelaskan, mortir digunakan untuk menghancurkan konsentrasi musuh, merusak kendaraan tempur, bunker, dan berbagai titik strategis pertahanan lawan. Pengoperasian satu unit mortir membutuhkan minimal lima personel terlatih: komandan pucuk, tamtama tembak, tamtama pembantu, dan dua tamtama amunisi.

Masing-masing personel memiliki peran spesifik. Komandan pucuk bertugas memberi aba-aba penembakan. Tamtama tembak mengoperasikan peluncuran proyektil. Tamtama pembantu bertanggung jawab dalam penghitungan sudut dan jarak tembak. Sementara tamtama amunisi bertugas memasukkan peluru ke dalam tabung pelontar.

Mortir 81 mm menggunakan peluru MU 29 PE, sedangkan mortir 60 LR memakai MU 28 PE. Selain peluru peledak, mortir juga dapat dilengkapi bom asap untuk tujuan taktis.

Presisi Berbasis Teknologi

Penembakan mortir tidak dilakukan secara sembarangan. Prosesnya diawali dari informasi koordinat lokasi musuh yang dikirim oleh prajurit di garis depan. Data tersebut kemudian dikirimkan ke tim operator mortir untuk diolah menggunakan sistem penembakan berbasis komputer.

“Ketepatan dan kecepatan dalam mengolah data menjadi kunci utama. Jika koordinat yang diberikan akurat, maka target akan dihancurkan secara efektif,” tegas Kolonel Nange.

Gladi Bersih Menuju Latihan Puncak

Uji coba ini menjadi bagian dari gladi bersih menjelang puncak latihan Hardha Marutha I 2025 yang akan digelar pada Rabu, 25 Juni 2025 mendatang. Latihan tersebut menjadi ajang unjuk kemampuan tempur pasukan elite TNI AU, khususnya dalam pengoperasian senjata berat yang krusial dalam misi tempur modern.

Dengan latihan ini, Kopasgat TNI AU menunjukkan keseriusannya dalam menjaga kesiapan tempur dan penguasaan teknologi senjata mutakhir demi menjaga kedaulatan negara di tengah tantangan keamanan yang semakin kompleks.

 

 

 

Foto : Antara

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup