Rupiah Melemah, Ketegangan Timur Tengah dan Lonjakan Minyak Picu Tekanan Ekonomi Indonesia
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali mengalami tekanan pada awal pekan ini. Pengamat mata uang sekaligus Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menyebut pelemahan rupiah tak lepas dari dampak meningkatnya eskalasi konflik geopolitik di kawasan Timur Tengah.
Menurutnya, memanasnya situasi antara Israel dan Iran, yang kini melibatkan Amerika Serikat, telah memicu kekhawatiran pasar global terhadap pasokan minyak mentah dunia. Dampaknya, harga minyak melonjak dan memicu respons negatif dari pelaku pasar.
“Pasar global merespons keras eskalasi konflik Timur Tengah, terutama setelah AS ikut dalam serangan terhadap fasilitas nuklir Iran. Situasi ini membuat harga minyak mentah meroket, yang kemudian memengaruhi stabilitas ekonomi negara-negara pengimpor seperti Indonesia,” ujar Ibrahim dalam keterangan tertulis, Senin (23/6/2025).
Indonesia sendiri saat ini mengandalkan impor sekitar satu juta barel minyak mentah per hari guna memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri. Dengan kondisi sebagai negara net importir minyak, setiap lonjakan harga minyak dunia langsung berdampak pada kenaikan biaya impor dan memperlebar defisit neraca perdagangan.
Peneliti ekonomi dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, juga menyoroti risiko fiskal akibat konflik tersebut. Ia menegaskan bahwa ketidakstabilan global akan memicu investor asing menarik dana dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, untuk kemudian dialihkan ke instrumen investasi yang lebih aman seperti dolar AS dan emas.
“Akibat dari arus keluar modal ini, rupiah mengalami tekanan. Ketika nilai tukar melemah, beban subsidi energi pemerintah pun berpotensi melonjak,” jelas Yusuf.
Pada perdagangan Senin (23/6), nilai tukar rupiah di pasar spot Jakarta ditutup melemah 96 poin atau 0,58 persen ke level Rp16.492 per dolar AS, dari posisi sebelumnya Rp16.397. Kurs acuan Bank Indonesia, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), juga menunjukkan pelemahan ke level Rp16.484 dari sebelumnya Rp16.399 per dolar AS.
Melemahnya rupiah ini dikhawatirkan akan memberikan tekanan tambahan pada anggaran negara, terutama untuk belanja subsidi energi yang sensitif terhadap fluktuasi kurs dan harga minyak global.
Pemerintah diharapkan mencermati perkembangan geopolitik global secara cermat, guna mengantisipasi dampak ekonomi yang lebih dalam terhadap stabilitas keuangan nasional.
Foto: market.bisnis.com