Wamendikdasmen Tegaskan Tradisi Adat Harus Masuk Pendidikan Karakter Anak Bangsa
Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen) Fajar Riza Ul Haq menekankan pentingnya mengintegrasikan nilai-nilai tradisi luhur bangsa ke dalam sistem pendidikan karakter nasional. Hal ini disampaikan saat ia menghadiri upacara adat Seren Taun di Cagar Budaya Nasional Gedung Paseban Tri Panca Tunggal, Cigugur, Kuningan, Jawa Barat, Kamis (19/6/2025).
Fajar menyebut bahwa karakter anak Indonesia harus dibangun berdasarkan nilai-nilai fundamental seperti Pancasila, ajaran agama, dan budaya lokal yang telah teruji lintas generasi.
“Pancasila, agama, dan budaya luhur adalah inti dari pendidikan karakter kita. Nilai-nilai ini menebarkan benih kebaikan yang sangat penting untuk membentuk generasi muda yang kuat secara moral dan berjiwa kebangsaan,” kata Fajar dalam keteranganny, Jumat (20/6/2025).
Kehadiran Fajar dalam acara Seren Taun disambut antusias oleh masyarakat adat Cigugur. Upacara tahunan ini bukan sekadar bentuk rasa syukur atas hasil panen padi, tetapi juga mengandung filosofi hidup yang dalam tentang harmoni antara manusia, alam, dan budaya.
Menurut Fajar, pelestarian tradisi seperti Seren Taun memiliki nilai pendidikan yang tinggi. Ia menyebut kegiatan adat semacam ini sebagai wahana pembelajaran karakter dan identitas kebangsaan yang nyata di tengah masyarakat.
“Tradisi tidak boleh ditinggalkan di tengah arus zaman. Saya yakin urang Sunda mampu menjaga warisan budaya ini sembari tetap bergerak maju,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa tradisi hidup yang dijaga masyarakat merupakan bagian tak terpisahkan dari khazanah budaya nasional. Oleh karena itu, nilai-nilai dalam tradisi tersebut perlu ditanamkan kepada generasi penerus melalui sistem pendidikan formal dan nonformal.
Lebih jauh, Fajar menilai bahwa makna syukur dalam Seren Taun turut mencerminkan semangat kemandirian pangan, selaras dengan visi nasional yang digaungkan Presiden Prabowo Subianto.
“Seren Taun menunjukkan bahwa masyarakat kita telah memiliki tradisi ketahanan pangan. Ini adalah wujud nyata dari kemandirian pangan yang menjadi kekuatan sosial bangsa,” tuturnya.
Sebagai bagian dari budaya luhur Nusantara, Fajar menyebut Seren Taun bukan hanya milik masyarakat Kuningan, melainkan warisan seluruh rakyat Indonesia yang harus dijaga bersama.
Melalui pelibatan pendidikan dalam pelestarian budaya, Wamendikdasmen berharap karakter bangsa Indonesia dapat dibentuk tidak hanya lewat kurikulum, tetapi juga melalui penguatan akar budaya yang hidup dan berkembang di tengah masyarakat.
Foto: HO-Humas Kemendikdasmen