Stok Beras Pemerintah Tertinggi Sepanjang Sejarah, Tembus 3,7 Juta Ton

Ilustrasi beras

Cadangan Beras Pemerintah (CBP) menembus angka 3.701.006 ton per 13 Mei 2025 pukul 11.03 WIB. Capaian ini menjadi rekor tertinggi dalam sejarah Indonesia sejak kemerdekaan, sekaligus pencapaian terbesar sejak Perum Bulog berdiri.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyampaikan bahwa dalam waktu dekat, jumlah stok beras nasional diprediksi akan mencapai angka 4 juta ton. Ia menyebut pencapaian ini sebagai tonggak baru dalam sejarah ketahanan pangan Indonesia.

“Ini adalah sejarah baru. Untuk pertama kalinya dalam 57 tahun terakhir, stok beras kita mencapai 3,7 juta ton. Ini bukan sekadar angka, tapi bukti nyata bahwa negara berpihak pada petani dan sistem pangan nasional semakin kokoh dari hulu ke hilir,” ujar Amran di Jakarta dikutip dari MPI pada Selasa (13/5/2025).

Amran menjelaskan, lonjakan stok ini tak lepas dari penyerapan gabah petani lokal oleh Bulog yang cukup masif dalam beberapa bulan terakhir. Tercatat, sebanyak 2 juta ton gabah telah berhasil diserap dari dalam negeri.

Di tengah tantangan global seperti krisis pangan dunia dan pertumbuhan penduduk, capaian ini dinilai sebagai prestasi besar. “Pencapaian stok 3,7 juta ton ini diraih dalam waktu kurang dari lima bulan, jauh lebih cepat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” tambahnya.

Menurut Amran, keberhasilan ini merupakan hasil dari kebijakan afirmatif pemerintah untuk meningkatkan produksi pangan nasional. Langkah-langkah tersebut meliputi tambahan pupuk subsidi, modernisasi alat dan mesin pertanian (alsintan), percepatan masa tanam, digitalisasi pertanian, serta penetapan harga pembelian gabah yang dinaikkan dari Rp5.500 menjadi Rp6.500 per kilogram.

Secara historis, rekor sebelumnya tercatat pada September 1985 dengan jumlah cadangan sebesar 3.006.872 ton. Angka terbaru ini melampaui rekor tersebut hampir 700.000 ton.

Jika dibandingkan dengan tahun 1984, saat Indonesia berhasil swasembada beras dengan jumlah penduduk 166,6 juta jiwa, maka capaian tahun ini jauh lebih signifikan. Pasalnya, stok tertinggi kali ini diraih di tengah jumlah penduduk yang telah melonjak menjadi 283 juta jiwa.

Amran menegaskan, cadangan beras yang besar bukan sekadar indikator ketahanan pangan, melainkan alat kendali strategis pemerintah untuk menjaga stabilitas harga dan memperkuat posisi Indonesia di pasar global.

“Kita tidak boleh puas hanya dengan surplus. Surplus tanpa serapan akan merugikan petani. Negara hadir untuk membeli hasil panen mereka. Cadangan ini akan digunakan untuk memperkuat stok nasional, bantuan pangan, bahkan ekspor jika dibutuhkan,” tegasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup