Gau Maraja 2025: Maros Menjadi Panggung Meriah Perjumpaan Budaya Nusantara dan Dunia
Kota Maros menjelma menjadi ruang ekspresi budaya yang meriah pada Jumat, 4 Juli 2025. Lebih dari lima ribu orang memadati ruas-ruas jalan dalam Kirab Budaya Gau Maraja, yang digelar sebagai bagian dari perayaan Hari Ulang Tahun ke-66 Kabupaten Maros. Ribuan peserta menampilkan kekayaan ragam adat dan tradisi dari berbagai penjuru Indonesia, menjadikan kota ini semacam panggung besar yang merayakan semangat kebhinekaan.
Kirab berlangsung dari Rumah Jabatan Bupati Maros menuju Lapangan Pallantikang, menempuh jarak hampir tiga kilometer. Di barisan depan, Bupati Maros Chaidir Syam dan Wakil Bupati Murtazim Mansyur tampak melangkah bersama para peserta dari 14 kecamatan dan berbagai komunitas budaya. Mereka menyatu dalam lautan warna-warni busana adat, dari Bugis hingga Dayak, dari Minang hingga Bali.
“Kirab ini bukan hanya bentuk perayaan hari jadi. Ia adalah simbol pengikat persaudaraan lintas budaya, dan pengingat akan warisan luhur yang harus kita jaga bersama,” ujar Chaidir dalam keterangan resminya pada Minggu 6 Juli 2025.
Yang membuat perayaan tahun ini istimewa adalah kehadiran para tamu budaya dari luar daerah dan luar negeri. Di antara peserta kirab, tampak utusan dari Kerukunan Keluarga Melayu, delegasi Jepang, serta perwakilan budaya dari Sidrap, Bone, dan Luwu Timur. Keberagaman ini mempertegas Maros sebagai wilayah yang terbuka dan inklusif terhadap perjumpaan budaya.
Gau Maraja 2025 tidak hanya menghadirkan kirab budaya. Di lokasi terpisah, pengunjung dimanjakan oleh Pameran Bilah Pusaka yang menampilkan koleksi senjata tradisional dari berbagai kerajaan di Nusantara. Salah satu artefak yang menyita perhatian publik adalah pusaka milik Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, yang dipajang berdampingan dengan pusaka legendaris dari Kesultanan Ternate, Buton, dan kerajaan lainnya.
Tak kalah bergengsi, sebuah Simposium Internasional Warisan Budaya juga digelar, diikuti oleh 540 peserta dari 12 negara. Simposium ini menghadirkan arkeolog dan peneliti ternama, termasuk tim dari Australia yang telah lama melakukan studi di situs prasejarah Leang-Leang, kawasan karst purba Maros yang tersohor secara global.
“Kehadiran mereka menunjukkan bahwa Maros memiliki daya magnet kebudayaan kelas dunia, bukan hanya karena keindahan alamnya, tapi juga kekayaan jejak sejarahnya,” tutur Chaidir.
Bagi para peserta dari luar daerah, momentum Gau Maraja membawa kesan mendalam. Salah satunya, Ruslan, utusan dari Sidrap, mengaku terharu menyaksikan antusiasme dan semangat kebersamaan masyarakat Maros.
“Ini lebih dari sekadar pawai. Ini adalah panggung cinta terhadap budaya. Kami merasa diterima, kami merasa satu,” katanya penuh haru.
Dengan perayaan yang inklusif dan penuh semangat persaudaraan, Gau Maraja 2025 tak hanya merayakan ulang tahun daerah, tetapi juga mempertegas posisi Maros sebagai simpul budaya yang menghubungkan masa lalu, kini, dan masa depan.
Foto: (Dok. Pemkab Maros)