Subsidi Listrik Rp34,6 Triliun Sudah Terbakar Hingga Mei: PLN Cek Pakai Aplikasi, Bukan Dukun

Sejak Januari hingga Mei 2025, negara sudah membakar subsidi listrik sebesar Rp34,6 triliun. Angka jumbo ini merupakan bagian dari target total Rp87,72 triliun yang sudah disahkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025. Tapi tenang, semua dibakar untuk rakyat (yang berhak), bukan untuk nyalain AC di kantor kosong.

Angka itu terungkap dalam rapat dengar pendapat antara Komisi XII DPR RI dan PT PLN (Persero), Senin kemarin. Direktur Ritel dan Niaga PLN, Adi Priyanto, menyebutkan bahwa hingga Mei 2025, volume listrik bersubsidi yang terjual mencapai 31,17 terawatt-hour (TWh) cukup buat nyalain lampu taman Monas sampai kiamat kecil.

Yang bikin agak beda tahun ini: PLN ogah lagi pakai cara manual buat verifikasi pelanggan. Mereka sekarang andalkan aplikasi PLN Mobile yang sudah disambungkan langsung ke Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) milik Kementerian Sosial. Lewat teknologi web services, proses validasi pelanggan layak subsidi dilakukan secara real-time.

“Jadi sekarang ketahuan langsung siapa yang layak dan siapa yang cuma pura-pura miskin,” kata Adi dengan penuh semangat digitalisasi.

Sebagai langkah validasi ekstra, PLN juga melakukan survei dan pemutakhiran data ke 39,6 juta pelanggan. Hasilnya sudah disetor ke Kementerian ESDM dan BPS semoga dipakai, bukan cuma diarsipkan.

Subsidi listrik tahun 2025 bakal menyasar 42,2 juta pelanggan dari berbagai kelompok tarif. Yang paling banyak tentu rumah tangga berdaya 450 VA dan 900 VA-totalnya 35,2 juta pelanggan. Tapi, usaha kecil dan industri rumahan juga kebagian jatah.

Dari total Rp87,72 triliun itu, Rp56,50 triliun ditargetkan khusus untuk rumah tangga. Dan jangan kaget, karena subsidi tahun depan (2026) diperkirakan bakal makin membengkak. Pemerintah mematok proyeksi antara Rp97,37 triliun hingga Rp104,97 triliun, tergantung nilai tukar rupiah, harga minyak mentah, dan tentu saja tingkat inflasi yang seringkali lebih dramatis daripada sinetron jam tujuh malam.

Sebagai penutup: subsidi tetap penting, tapi tepat sasaran jauh lebih penting. Kalau tidak, yang rugi bukan cuma PLN, tapi kita semua—terutama yang setia bayar listrik tanpa subsidi sambil nyalain kipas angin hemat daya.

 

 

 

Foto : Antara

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup