Penguatan Kemitraan Indonesia-China: Transfer Teknologi dan SDM Jadi Fokus Utama

Hubungan bilateral antara Indonesia dan China terus menunjukkan penguatan signifikan, terutama di bidang infrastruktur, manufaktur, serta pengembangan sumber daya manusia (SDM). Salah satu tonggak penting kerja sama tersebut tercermin dalam kunjungan kenegaraan Perdana Menteri China, Li Qiang, ke Indonesia pada 25 Mei 2025 lalu. Pertemuan dengan Presiden RI Prabowo Subianto di Istana Merdeka itu mempertegas arah kemitraan strategis yang saling menguntungkan.

Dalam pertemuan tersebut, Presiden Prabowo menyoroti kesuksesan berbagai proyek bersama di sektor perdagangan, teknologi, dan industri. Ia juga menyampaikan apresiasi terhadap kontribusi perusahaan-perusahaan China yang dinilai tidak hanya membuka lapangan kerja, tetapi juga mendorong alih teknologi serta mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan nasional Indonesia.

“Pertemuan ini menandai babak baru dalam hubungan ekonomi dan teknologi antara kedua negara,” ujar Prabowo.

Ketua Dewan Pengawas Indonesia Business Council (IBC), Arsjad Rasjid, menyambut baik momentum tersebut dan menekankan pentingnya memanfaatkan kehadiran investor China bukan hanya dari sisi modal, tetapi juga untuk mempercepat transfer teknologi dan pengetahuan.

“Yang lebih penting dari uang adalah transfer ilmu, teknologi, dan hubungan jangka panjang antar masyarakat,” tegas Arsjad.

Proyek Strategis: Dari Kereta Cepat hingga Terowongan Pintar

Salah satu proyek unggulan yang mencerminkan hasil kerja sama Indonesia-China adalah pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB). Dikerjakan oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), proyek ini menjadi kereta cepat pertama di Asia Tenggara dengan kecepatan operasional hingga 350 km/jam. Tak hanya membawa teknologi transportasi modern, proyek ini juga memperkenalkan metode konstruksi canggih seperti cast in situ untuk girder full span, yang untuk pertama kalinya diterapkan di Indonesia.

Proyek ini menghadapi tantangan geoteknik kompleks, terutama pada pembangunan Tunnel 2 di Purwakarta yang berada di atas tanah jenis clay shale. Untuk menanganinya, para ahli dari China bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) menggunakan teknik grouting guna menstabilkan tanah dan struktur terowongan.

Manfaat dari proyek KCJB juga terasa pada peningkatan kompetensi SDM lokal. Ribuan teknisi dan insinyur Indonesia menjalani pelatihan intensif, baik di dalam negeri maupun di China, demi menguasai teknologi dan operasional kereta cepat secara mandiri.

Tak kalah penting, di Ibu Kota Nusantara (IKN), PT China Harbour Indonesia (CHI) terlibat dalam proyek pembangunan multi utility tunnel (MUT) sepanjang 138,6 kilometer, senilai sekitar Rp70 triliun. Terowongan ini dirancang sebagai infrastruktur bawah tanah cerdas yang menampung berbagai jaringan utilitas seperti kabel listrik, serat optik, dan pipa, serta dapat mengurangi gangguan terhadap lingkungan dan lalu lintas selama masa konstruksi.

Hilirisasi dan Energi Hijau: Investasi Teknologi Ramah Lingkungan

Di sektor energi dan mineral, kolaborasi strategis terjalin antara GEM Co., Ltd asal China dan PT Vale Indonesia Tbk dalam pembangunan fasilitas pengolahan nikel berbasis teknologi High-Pressure Acid Leach (HPAL) di Sulawesi Tengah. Dengan investasi senilai 1,4 miliar dolar AS, fasilitas ini ditargetkan memproduksi 60.000 ton Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) per tahun, bahan utama baterai untuk sistem penyimpanan energi.

Teknologi HPAL generasi ketiga yang digunakan mampu mengekstraksi nikel, kobalt, dan mangan dari bijih berkadar rendah secara lebih ramah lingkungan. Fasilitas ini menerapkan prinsip net-zero dan efisiensi energi tinggi, serta dilengkapi sistem pengelolaan limbah berstandar tinggi.

GEM juga berkontribusi dalam pengembangan SDM melalui pelatihan tenaga kerja dan pendirian Joint Research Laboratory bersama ITB. Laboratorium yang diresmikan pada Agustus 2024 di Kampus Jatinangor menjadi pusat kolaborasi riset di bidang teknologi material, hidrometalurgi, dan energi baru.

Komitmen Jangka Panjang: Bukan Sekadar Investasi Finansial

Kerja sama Indonesia-China telah melampaui batas investasi finansial semata. Proyek-proyek yang tengah berjalan menunjukkan pentingnya pendekatan jangka panjang yang menekankan penguasaan teknologi, peningkatan kualitas SDM, dan pertukaran budaya antarmasyarakat.

Pemerintah Indonesia menegaskan komitmennya untuk terus mendorong agar kemitraan ini membawa manfaat berkelanjutan, selaras dengan agenda nasional di bidang industrialisasi, digitalisasi, dan transisi energi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup