Kementerian Dorong Poso Jadi Episentrum Ekonomi Kreatif Sulawesi Tengah
Pemerintah pusat melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mendorong Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, untuk mengoptimalkan potensi ekonomi kreatif sebagai motor penggerak pertumbuhan daerah.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Teuku Riefky Harsya, menyampaikan dukungan tersebut saat menerima kunjungan Bupati Poso, Verna Gladies Merry Inkiriwang, di Autograph Tower, Jakarta, Selasa (17/6/2025). Dalam pertemuan itu, Riefky menekankan bahwa sektor ekonomi kreatif merupakan pilar baru pembangunan nasional yang sangat potensial untuk dikembangkan dari daerah.
“Setiap daerah punya karakter dan kekayaan budaya yang unik. Ini bisa menjadi fondasi kuat dalam mendorong lahirnya ekonomi kreatif yang berdaya saing dan mampu menciptakan lapangan kerja berkualitas, sesuai arah pembangunan Asta Cita,” ujarnya, dikutip dari siaran pers Kemenparekraf, Kamis (19/6/2025).
Salah satu potensi lokal yang menjadi sorotan adalah kain Ranta dari Lembah Bada, Poso, yang terbuat dari kulit kayu. Produk unik ini dinilai memiliki nilai seni dan historis tinggi yang bisa dikembangkan sebagai produk unggulan fesyen nusantara.
Riefky juga mendorong Pemerintah Kabupaten Poso untuk segera membentuk Dinas Ekonomi Kreatif sebagai institusi pendukung pengembangan sektor tersebut. Menurutnya, dari total wilayah administrasi di Indonesia, saat ini sudah ada 17 kota, 39 kabupaten, dan 21 provinsi yang memiliki dinas khusus ekonomi kreatif.
“Dinas Ekraf ini tidak harus berdiri sendiri, bisa digabung dengan dinas lain. Yang penting, fungsi pengelolaan dan pengembangan ekraf bisa berjalan maksimal dan terstruktur,” kata Riefky.
Di sisi lain, Bupati Poso menyambut baik arahan dan dukungan dari pemerintah pusat. Ia menegaskan bahwa Poso memiliki potensi besar di sektor ekonomi kreatif, terutama dalam bidang fesyen, kriya, dan kuliner.
“Kami memiliki destinasi wisata yang indah, produk kopi khas Poso, olahan ikan sidat, hingga kain Ranta dari kulit kayu yang menjadi kekayaan budaya lokal. Ini semua bisa kami kemas sebagai kekuatan ekonomi kreatif,” ujar Verna.
Ia juga mengusulkan kerja sama strategis dengan Kemenparekraf dalam berbagai program, seperti pembentukan Poso Creative Hub, penyelenggaraan Festival Ekraf Poso, pelatihan digitalisasi produk, serta perlindungan hak kekayaan intelektual (HKI) dan sertifikasi produk lokal.
“Tujuannya adalah membangun ruang kreasi, promosi, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Dengan begitu, potensi lokal bisa memberi nilai tambah nyata bagi kesejahteraan warga Poso,” imbuhnya.
Langkah sinergis antara pusat dan daerah ini diharapkan mampu menempatkan Poso sebagai salah satu pusat pertumbuhan ekonomi kreatif di kawasan Indonesia Timur.
Foto: HO-HO Kementerian Ekonomi Kreatif