Swarna Biru”: 498 Perempuan Tampil Memukau Rayakan Budaya di Museum Nasional

Suasana Museum Nasional Jakarta berubah menjadi lautan keindahan wastra nusantara, Sabtu (14/6), ketika Yayasan Belantara Budaya Indonesia mempersembahkan pagelaran busana kolosal bertajuk “Swarna Biru”. Acara ini menghadirkan 498 perempuan lintas usia, termasuk penyandang disabilitas, dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-498 DKI Jakarta.

Pendiri Belantara Budaya Indonesia, Diah Kusumawardani Wijayanti, menjelaskan bahwa pergelaran ini bertujuan mengajak generasi muda mencintai kekayaan budaya Indonesia, khususnya wastra seperti kebaya, batik, tenun, ikat, dan songket.

“Acara hari ini untuk menunjukkan bahwa wanita dan wastra Indonesia itu sangat indah. Kita ingin anak-anak, remaja, hingga dewasa merasakan kebanggaan mengenakan warisan budaya sendiri,” ujar Diah.

Makna di Balik “Swarna Biru”

Pagelaran “Swarna Biru” mengambil tema warna biru sebagai simbol dari lautan — sumber kehidupan sekaligus pengingat akan keluasan budaya Indonesia yang siap mendunia. “Swarna” yang berarti emas, dan “biru” yang mencerminkan kedalaman dan ketenangan, menjadi lambang kemegahan dan kekayaan budaya bangsa.

Diah menuturkan bahwa tema tersebut juga selaras dengan misi Belantara Budaya Indonesia yang kini memasuki usia ke-12 tahun, yakni membawa wastra Indonesia ke panggung internasional. Setelah sebelumnya tampil di India dan Jerman, tahun ini pihaknya bersiap tampil di Turki dan beberapa negara lain melalui kerja sama dengan KBRI.

“Kami ingin terus menyebarkan semangat pelestarian wastra Indonesia dan memperkenalkan budaya kita ke berbagai belahan dunia,” ujarnya.

Rekor MURI dan Penghormatan terhadap Kebaya

Sebanyak 498 peserta yang tampil mengenakan wastra berwarna biru dipilih secara terbuka melalui media sosial. Jumlah tersebut dipilih secara simbolik sesuai usia Jakarta ke-498. Pagelaran ini pun berhasil mencatatkan prestasi dengan memecahkan Rekor MURI sebagai pergelaran busana wastra biru dengan jumlah peserta terbanyak secara kolosal.

Tak hanya unjuk busana, acara ini juga menyuguhkan pertunjukan tari tradisional Betawi yang menjadi bagian dari perjalanan 12 tahun Belantara Budaya Indonesia dalam menghidupkan kembali seni dan budaya lokal.

Perancang Lokal dan Semangat Kolaborasi

Keindahan panggung “Swarna Biru” turut ditopang oleh karya-karya dari sejumlah perancang busana lokal seperti Oleander by Ribie, Tialoris by Tiara, Ellylle, Kebaya Kembang by Ibu Broto, Shamara, Arsita Craft by Arsita Resmisari, KAIN by Dave Tjoa, Dhara Clothing, Kipas Sae, dan Kala Seni.

Pagelaran ini juga melibatkan berbagai komunitas budaya, pelaku UMKM, dan masyarakat umum, menjadi bukti kuat bahwa pelestarian budaya tidak hanya bisa dilakukan oleh institusi besar, tapi juga oleh masyarakat luas yang memiliki semangat yang sama.

“Kita buka pendaftaran untuk umum, dan ada ribuan yang mendaftar. Setelah proses kurasi ketat, terpilihlah 498 perempuan terbaik yang menunjukkan kecintaan dan kebanggaan terhadap busana tradisional Indonesia,” terang Diah.

Membangun Identitas Bangsa Lewat Wastra

Melalui gelaran “Swarna Biru”, Belantara Budaya Indonesia mengukuhkan komitmennya dalam merawat identitas bangsa di tengah arus globalisasi. Dengan memadukan gaya kontemporer dan tradisional, acara ini menunjukkan bahwa wastra Indonesia bukan sekadar peninggalan sejarah, melainkan warisan hidup yang terus berkembang dan mampu menembus batas-batas zaman.

Pagelaran ini tidak hanya merayakan hari jadi Jakarta, namun juga menjadi panggung penghormatan terhadap kebaya yang kini telah diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO simbol bahwa Indonesia punya kekayaan budaya yang tak ternilai dan layak dibanggakan oleh seluruh dunia.

 

 

 

Foto : Antara 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup