Revitalisasi Sekolah Tembus 16 Ribu: Tak Cuma Bangunan, Ekonomi Warga Ikut Bangkit
Program Revitalisasi Satuan Pendidikan yang digulirkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah (PAUD Dikdasmen) dan Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Layanan Khusus (PKPLK) mencetak capaian signifikan hingga Oktober 2025.
Dari target awal 10.440 satuan pendidikan, realisasinya kini melampaui hingga 16.170 sekolah yang berhasil masuk dalam program revitalisasi, mulai dari jenjang PAUD hingga SMA.
“Setelah kita lakukan evaluasi, ternyata jumlah sasaran masih dapat dioptimalkan. Dari total 14.196 sekolah yang diajukan, sebanyak 13.777 sekolah telah menerima SK penerima bantuan revitalisasi,” ujar Gogot Suharwoto, Dirjen PAUD Dikdasmen, dalam keterangan resmi, Sabtu (11/10/2025).
Rinciannya:
• 1.509 PAUD
• 6.077 SD
• 3.974 SMP
• 2.217 SMA
Masih ada 419 sekolah dalam proses finalisasi SK, yang meliputi 103 PAUD, 222 SD, 68 SMP, dan 26 SMA.
Program ini digelontorkan melalui anggaran sebesar Rp16,9 triliun, dan difokuskan pada peningkatan sarana dan prasarana untuk mendukung proses belajar-mengajar yang aman dan berkualitas.
“Dengan proses optimalisasi ini, kami berharap semua warga sekolah bisa menikmati ruang belajar yang lebih layak dan mendukung peningkatan mutu pendidikan,” lanjut Gogot.
Vokasi dan Sekolah Khusus Juga Melonjak Dua Kali Lipat
Tidak hanya pendidikan dasar dan menengah, sektor pendidikan vokasi dan pendidikan khusus juga menunjukkan perkembangan signifikan.
Dalam lingkup Ditjen PKPLK, realisasi revitalisasi meningkat hampir 100%, dari target 982 satuan pendidikan menjadi 1.943. Rinciannya mencakup:
• 1.439 SMK
• 382 SLB
• 122 PKBM dan SKB (satuan pendidikan nonformal)
Adapun total anggaran yang disalurkan untuk sektor ini mencapai Rp3,1 triliun, dengan progres pembangunan fisik sebesar 60% hingga September 2025.
Dampak Ganda: Sekolah Dibangun, Ekonomi Warga Terdongkrak
Lebih dari sekadar pembangunan fisik, program revitalisasi ini juga membawa dampak ekonomi nyata bagi masyarakat sekitar. Melalui prinsip swakelola, proyek ini memberdayakan pekerja dan bahan bangunan lokal, yang secara langsung menciptakan lapangan kerja dan perputaran ekonomi di lingkungan sekolah.
Salah satunya dirasakan oleh Junaedi Danggala, pekerja bangunan dalam proyek revitalisasi SLB Negeri 2 Makassar, Sulawesi Selatan.
“Saya dibayar Rp150 ribu per hari, dibayar seminggu sekali. Lumayan bisa untuk kebutuhan sehari-hari dan bayar sekolah anak. Jadi nggak perlu merantau jauh,” tutur Junaedi.
Di SMK Negeri 5 Kabupaten Tangerang, Banten, dampak ekonomi juga dirasakan kuat. Waluyo, kepala tukang di proyek tersebut, menyebut bahwa revitalisasi bukan hanya menguntungkan tukang bangunan, tapi juga pedagang kecil di sekitar sekolah.
“Gaji kami lancar, nggak pernah ditunda. Dan semua tukang pasti belanja di sekitar proyek. Nasi, jajan, keperluan harian, semuanya beli di warung warga. Otomatis omset pedagang ikut naik,” kata Waluyo.
Kemendikbud: Revitalisasi Harus Bermanfaat untuk Semua
Merespons hal ini, Dirjen Pendidikan Vokasi dan PKPLK, Tatang Muttaqin, menegaskan bahwa pendekatan swakelola memang dirancang agar program revitalisasi tak hanya membangun ruang belajar, tapi juga menghidupkan ekonomi lokal.
“Dengan prinsip ini, kami tidak hanya fokus pada infrastruktur, tetapi juga memastikan masyarakat sekitar mendapatkan pekerjaan dan penghasilan. Ini bagian dari visi Pendidikan Bermutu untuk Semua,” ujar Tatang.
“Dari pendapatan itu, masyarakat bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari, membayar sekolah anak, bahkan memutar kembali roda ekonomi keluarga,” tambahnya.