Festival Budaya Spiritual Tulungagung: Napak Tilas Warisan Leluhur, dari Keris Prabowo hingga Jamasan Kyai Upas
Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, menjadi tuan rumah Festival Budaya Spiritual (FBS) pada 10–14 Juli 2025. Digelar bersama Kementerian Kebudayaan, festival ini tak sekadar ajang seni budaya, tapi juga pernyataan kuat pelestarian spiritualitas dan kearifan lokal yang selama ini hidup di tengah masyarakat.
Tulungagung menjadi lokasi ketiga pelaksanaan FBS di Indonesia dan yang pertama di Jawa Timur. Festival ini menekankan tiga pilar utama: pelestarian budaya spiritual, pengembangan destinasi berbasis cagar budaya, dan penciptaan ruang inklusif bagi penghayat kepercayaan serta pelaku budaya lintas daerah.
“FBS merupakan kolaborasi strategis antara pemerintah pusat dan daerah dalam memperkuat ekosistem kebudayaan. Mulai dari pelestarian tosan aji, kuliner lokal, hingga ritual adat seperti Jamasan Tombak Kyai Upas,” ujar Staf Khusus Menteri Kebudayaan Bidang Sejarah dan Warisan Budaya, Basuki Teguh Yuwono, Kamis, 11 Juli 2025.
Salah satu magnet utama festival adalah pameran keris yang menampilkan koleksi langka dari tokoh-tokoh nasional dan daerah. Di antaranya, keris milik Menteri Kebudayaan Fadli Zon yang dahulu pernah dimiliki Presiden Prabowo Subianto, menambah daya tarik pengunjung dan pecinta pusaka.
Basuki menilai budaya Tulungagung memiliki ciri khas yang kuat karena terpengaruh langsung oleh tradisi Keraton Yogyakarta dan Surakarta.
“Warisan budaya di wilayah ini sangat otentik dan tinggi nilainya,” tambahnya.
Bupati Tulungagung, Gatut Sunu Wibowo, menyebut festival ini bukan sekadar perayaan budaya, melainkan upaya nyata menjaga eksistensi nilai-nilai lokal yang mulai tergerus zaman.
“FBS menjadi panggung afirmasi bahwa budaya spiritual masih hidup dan relevan. Ini bukan hanya tontonan, tapi juga tuntunan,” kata Gatut, yang turut menyumbangkan tiga pusaka pribadinya tombak, sabit, dan cengkrong untuk dipamerkan.
Lebih dari sekadar atraksi, FBS juga menjadi ruang edukasi publik, khususnya bagi generasi muda. Situs-situs bersejarah seperti Tombak Kyai Upas diperkenalkan sebagai simbol penghubung antara masa lalu dan masa kini.
Beragam kegiatan berlangsung dalam festival ini, mulai dari prosesi jamasan Tombak Kyai Upas, kirab budaya dan pertunjukan wayang kulit, hingga ruwatan sukerto atau ritual penyucian diri massal. Tak ketinggalan, pengunjung juga dapat mengikuti sarasehan budaya, lokakarya tempa keris, permainan tradisional, serta menikmati suasana pasar rakyat.
Penyelenggara berharap FBS menjadi agenda tahunan dan titik tolak kebangkitan budaya Tulungagung yang lebih luas, sekaligus memperkuat posisi daerah ini sebagai salah satu pusat kebudayaan spiritual di Tanah Air.
Foto: HO – Humas Pemkab Tulungagung