Arsitek Cilik Penyelamat Kota: Liburan Sekolah Jadi Momentum Edukasi Desain dan Lingkungan

Liburan sekolah tak selalu identik dengan jalan-jalan atau sekadar bersantai. Di Denpasar, Bali, sebanyak 120 murid sekolah dasar justru menghabiskan waktu liburnya dengan mengikuti lokakarya bertajuk “Arsitek Penyelamat Kota”, sebuah kegiatan edukatif yang memperkenalkan dunia arsitektur sekaligus menumbuhkan kepedulian lingkungan sejak dini.

Lokakarya yang digagas arsitek kenamaan I Nyoman Popo Priyatna Danes, atau lebih dikenal dengan nama Popo Danes, ini telah rutin digelar sejak 2002. Menariknya, kegiatan tersebut diselenggarakan secara gratis dan menyasar anak-anak berusia 5 hingga 12 tahun dari berbagai latar belakang.

“Edukasi ini kami rancang untuk membangkitkan kepekaan anak terhadap persoalan kota dan lingkungan. Kami ingin mereka mengenal konsep keberlanjutan dan pentingnya menjaga bumi sejak dini,” ujar Popo Danes, Sabtu (5/7/2025).

Materi yang disampaikan dalam lokakarya meliputi isu-isu aktual seperti reboisasi, abrasi pantai, pencemaran sampah, hingga dampak pertumbuhan kota yang pesat namun tidak terkendali. Agar mudah dipahami anak-anak, materi tersebut dikemas dalam bentuk permainan, diskusi interaktif, dan praktik langsung membangun kota mini dari bahan daur ulang.

Salah satu tantangan yang diberikan adalah simulasi memilah dan mengelola sampah, serta membuat rancangan kota yang sehat dan berkelanjutan.

“Kami ajak mereka berpikir seperti arsitek sungguhan, tetapi dengan pendekatan yang menyenangkan,” tambah Popo.

Menurut Popo, pendekatan ini tak hanya memberikan alternatif kegiatan liburan yang bermakna, tapi juga menjadi pintu masuk untuk mengenalkan profesi arsitek sebagai bidang kreatif yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.

“Desain itu bukan sekadar menggambar gedung. Ia menyentuh aspek sosial, lingkungan, dan budaya. Ini yang kami coba tanamkan pada anak-anak, sekaligus membuka ruang bagi mereka yang mungkin belum pernah bersentuhan dengan dunia arsitektur,” katanya.

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, Popo juga menyoroti pentingnya adaptasi generasi muda terhadap desain digital.

“Anak-anak sekarang sangat cepat tanggap terhadap teknologi. Kalau dulu saya menggambar dengan pensil, sekarang mereka sudah bisa pakai perangkat digital. Tapi yang terpenting tetap nilai-nilai keberlanjutan dan kesadaran lingkungan,” ujarnya.

Tak hanya mencetak calon arsitek masa depan, Popo berharap kegiatan semacam ini bisa menginspirasi sekolah-sekolah lain untuk mengintegrasikan edukasi lingkungan dalam kegiatan belajar mengajar.

“Kalau sejak kecil mereka sudah peduli terhadap kota dan lingkungan, saya percaya kita sedang menanam bibit generasi yang punya visi membangun masa depan yang lebih baik,” pungkasnya.

 

 

 

 

Foto: Antara

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup