Pacu Ekonomi 2026, Pemerintah Siapkan Strategi Besar Genjot Investasi, Ekspor, dan Konsumsi

Pemerintah tengah menyiapkan sejumlah strategi ambisius untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional ke kisaran 5,2 hingga 5,8 persen pada tahun 2026. Dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR RI, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membeberkan langkah-langkah strategis yang akan ditempuh melalui penguatan sisi permintaan dan penawaran, serta peningkatan investasi dan ekspor.

Strategi Permintaan: Jaga Daya Beli Lewat Program Prioritas

Dari sisi permintaan, pemerintah berfokus menjaga daya beli masyarakat melalui pengendalian inflasi dan pelaksanaan program prioritas sosial. Sejumlah inisiatif seperti Lumbung Pangan, Sekolah Rakyat, Koperasi Merah Putih, hingga program Makan Bergizi Gratis (MBG) diandalkan untuk memastikan konsumsi rumah tangga tetap terjaga.

“Inflasi harus tetap rendah agar daya beli tidak tergerus. Pemerintah juga terus mengintervensi melalui program-program yang langsung menyentuh kebutuhan rakyat,” ujar Sri Mulyani.

Investasi: Danantara Jadi Katalis atau Ancaman?

Sri Mulyani juga menyoroti peran krusial Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara, sebagai motor akselerasi penanaman modal, khususnya di sektor-sektor strategis bernilai tambah tinggi. Namun, ia menekankan pentingnya kemampuan Danantara untuk menggandeng swasta, bukan sekadar dominasi BUMN yang justru berisiko menimbulkan crowding out.

“Kalau Danantara hanya mengandalkan sumber negara dan gagal mengajak swasta, kita justru berpotensi menggerus peran investasi non-pemerintah. Tapi kalau bisa menjadi magnet, maka ini akan jadi mesin pertumbuhan baru,” tegasnya.

Dorong Hilirisasi dan Diversifikasi Ekspor

Strategi lain yang menjadi tumpuan adalah peningkatan ekspor melalui aktivasi hilirisasi industri dan perluasan pasar ekspor. Pemerintah menargetkan pengolahan komoditas mentah seperti nikel, tembaga, bauksit, serta akselerasi produksi kendaraan listrik sebagai pilar utama.
Hilirisasi ini diyakini tidak hanya akan memperluas pasar, tapi juga menciptakan nilai tambah dalam negeri dan membuka peluang kerja baru.

Sisi Penawaran: Pertanian, Energi dan PSN Digenjot

Dari sisi penawaran, pemerintah menempatkan rantai pasok sektor pertanian sebagai ujung tombak. Program MBG dan pengembangan bioenergi seperti biodiesel B40 diharapkan mampu mendorong produktivitas sekaligus keberlanjutan ekonomi hijau.

Selain itu, sejumlah Proyek Strategis Nasional (PSN) juga menjadi prioritas, mulai dari pembangunan perumahan rakyat, revitalisasi sekolah, hingga proyek pengelolaan sampah menjadi energi (waste to energy).

Target Pertumbuhan Sektoral dan Proyeksi Fiskal

Kementerian Keuangan juga telah menetapkan target pertumbuhan sektoral yang agresif. Pertanian dipatok tumbuh 5,9-6,5 persen, manufaktur 4,7-5,3 persen, perdagangan 5,1-5,7 persen, dan konstruksi 5,2-5,4 persen.

Sementara dari sisi pengeluaran, pemerintah menargetkan pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebesar 5,0-5,5 persen, investasi (PMTB) 5,0-5,9 persen, dan ekspor 5,8-6,5 persen.

Di sisi fiskal, Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) 2026 mencatat proyeksi pendapatan negara di kisaran 11,71-12,22 persen dari PDB, sementara belanja negara berada pada rentang 14,19-14,75 persen dari PDB. Defisit anggaran diperkirakan terjaga di level 2,48-2,53 persen.

Delapan Agenda Strategis Pembangunan Nasional

Menutup paparannya, Sri Mulyani menekankan bahwa strategi ekonomi 2026 akan bertumpu pada delapan agenda prioritas pembangunan, yakni:

• Ketahanan pangan
• Ketahanan energi
• Program makan bergizi gratis
• Reformasi pendidikan
• Layanan kesehatan
• Pembangunan desa
• Pemberdayaan koperasi dan UMKM
• Peningkatan investasi dan perdagangan global

“Pertumbuhan ekonomi yang kita pacu mendekati 8 persen tentu menantang. Tapi dengan arah kebijakan yang terintegrasi, optimisme itu harus kita jaga dengan kerja nyata,” pungkas Sri Mulyani.

 

 

 

 

Foto : Antara

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup