Kemendikdasmen Dorong 7 Kebiasaan Anak Hebat, Waspadai Generasi “Mager” hingga Adiksi Gawai
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) melalui Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) menggelar kegiatan fasilitasi dan advokasi kebijakan penguatan karakter di Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Jawa Tengah, Selasa (30/9/2025). Acara ini melibatkan berbagai unsur pendidikan, masyarakat, orang tua, hingga media dari 35 kabupaten/kota se-Jawa Tengah.
Kepala Pusat Penguatan Karakter, Rusprita, menegaskan bahwa dunia pendidikan saat ini menghadapi tantangan serius. Mulai dari maraknya anak kecanduan gawai, fenomena “generasi strawberry” dan “generasi nocturnal”, hingga keterlibatan pelajar dalam konten daring yang tidak mendidik.
“Masalah-masalah ini harus dijawab dengan penguatan karakter. Pemerintah, khususnya Kemendikdasmen, berkomitmen untuk mewujudkan pendidikan bermutu untuk semua, sesuai dengan visi Presiden Prabowo,” ujar Rusprita, Jumat (3/10/2025).
Rusprita menekankan pentingnya penerapan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat (7KAIH) di sekolah. Menurutnya, kebiasaan sederhana seperti menghargai waktu, disiplin, empati, menjaga kesehatan, semangat belajar, hingga rasa percaya diri, memiliki dampak besar dalam pembentukan karakter anak.
Namun, tantangan lain yang kini muncul adalah kecenderungan anak untuk malas bergerak alias “mager”. “Tugas kita adalah mengarahkan energi anak-anak melalui kegiatan positif, misalnya senam Anak Indonesia Hebat atau berbagai ekstrakurikuler sesuai minat dan bakat. Itu akan mengembangkan soft skill, meningkatkan percaya diri, dan kemampuan bersosialisasi,” jelasnya.
Selain keluarga, sekolah, dan masyarakat, media disebut Rusprita sebagai pilar penting dalam Catur Pusat Pendidikan. Menurutnya, anak-anak digital native lebih mudah terpengaruh oleh apa yang mereka lihat di media sosial ketimbang larangan guru atau orang tua.
“Media adalah corong informasi luar biasa. Ketika anak melihat figur publik di media melakukan sesuatu, itu sering lebih dipercaya ketimbang nasihat kita. Maka, media punya peran besar dalam penguatan karakter,” katanya.
Kepala Bidang Advokasi Penguatan Karakter, Agus Muhammad, menambahkan bahwa kegiatan ini bukan sekadar sosialisasi kebijakan, tetapi juga mendorong pendidikan yang inklusif dan beragam.
“Kami ingin mewujudkan budaya belajar yang aman, nyaman, dan gembira, sekaligus menanamkan nilai kebinekaan lewat pembiasaan di sekolah,” tegas Agus.
Kegiatan ini diikuti kepala sekolah melalui MKKS, guru SMP hingga SLB, organisasi masyarakat, komunitas keagamaan, orang tua, hingga media. Sinergi lintas pihak ini diharapkan mampu melahirkan rencana tindak lanjut penguatan karakter yang bisa dievaluasi secara bersama-sama di masa depan.
Foto : Istimewa