Payung Kembang Warnai Banjarmasin, Disdikbud Kalsel Gelar Lomba Seni Tradisi dalam Temu Karya Nasional

Sebanyak 18 perajin lokal unjuk kreativitas dalam Lomba Payung Kembang yang digelar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Kalimantan Selatan melalui UPTD Taman Budaya Kalsel. Kegiatan ini merupakan rangkaian dari Temu Karya Taman Budaya se-Indonesia ke-24 Tahun 2025, yang dipusatkan di Banjarmasin, Minggu (14/9/2025).

Ajang ini menjadi sorotan karena mengangkat seni payung kembang, salah satu warisan budaya khas Kalimantan Selatan yang dinilai tidak ditemukan di daerah lain. Para peserta yang seluruhnya berasal dari Kota Banjarmasin menampilkan hasil karya payung yang dihias secara artistik, sarat nilai tradisi dan estetika lokal.

“Payung kembang ini saya perhatikan tidak ada di provinsi lain, sehingga menjadi seni dan budaya khas Kalsel yang harus terus dilestarikan,” ujar Kepala UPTD Taman Budaya Kalsel, Suharyanti, mewakili Kepala Disdikbud Kalsel, Galuh Tantri Narindra.

Penjurian Libatkan Budayawan dan Tokoh Perempuan

Lomba ini dinilai oleh tiga dewan juri yang berasal dari kalangan budayawan dan aktivis perempuan, yakni Ketua Umum Yayasan Lestari Anggrek Kalsel Siti Wasilah, pengamat budaya Kamarul Hidayat, serta Ketua DPW Perhimpunan Perempuan Lintas Profesi Indonesia (P2LIPI) Kalsel Nawang Wijayati.

Karya terbaik dari lomba ini akan dipilih sebagai elemen dekorasi utama dalam pembukaan Temu Karya Taman Budaya se-Indonesia di panggung utama. Suharyanti berharap, lomba ini bisa berkembang lebih luas ke seluruh daerah di Kalsel.

“Saat ini baru diikuti oleh perajin dari Banjarmasin, tapi ke depan kami targetkan bisa melibatkan 13 kabupaten dan kota se-Kalsel,” ungkapnya.

Perajin Lokal Antusias, Harapkan Ajang Tahunan

Salah satu peserta, Rokayah, perajin asal Kecamatan Pangambangan, mengaku antusias mengikuti lomba ini. Ia sudah menekuni kerajinan payung kembang sejak masih duduk di bangku sekolah dasar, belajar langsung dari sang ibu.

“Sudah sejak kecil saya ikut membuat payung kembang sambil membantu almarhumah ibu. Lomba seperti ini sudah lama tidak diadakan, terakhir sebelum Covid-19. Semoga ke depan bisa rutin digelar setiap tahun,” harap Rokayah.

Selain sebagai ajang kompetisi, lomba ini juga menjadi momentum penting untuk memperkuat identitas budaya lokal sekaligus mendukung pelestarian seni tradisional yang hampir punah.

 

 

 

 

Foto : Istimewa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup