BKKBN Gandeng DPR RI, Sosialisasikan Program Bangga Kencana di Lombok Tengah untuk Tekan Pernikahan Dini dan Stunting

Lombok Tengah – Upaya penanggulangan pernikahan dini dan stunting di Nusa Tenggara Barat (NTB) kembali digencarkan pemerintah melalui sosialisasi Program Bangga Kencana. Kegiatan yang berlangsung di Yayasan Anak Bangsa, Praya, Lombok Tengah ini digelar atas kerja sama antara Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dengan Komisi IX DPR RI, Jumat (17/10/2025).

Anggota Komisi IX DPR RI, H. M. Muazzim Akbar, dalam sambutannya menggarisbawahi urgensi penguatan peran masyarakat dalam menyukseskan program-program BKKBN, khususnya dalam mencegah pernikahan anak dan menurunkan angka stunting.

“Data menunjukkan NTB menempati peringkat tertinggi kasus pernikahan usia anak secara nasional. Ini bukan persoalan sepele. Menikah terlalu muda sangat berisiko bagi kesehatan fisik dan mental. Usia ideal menikah adalah 21 tahun bagi perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki,” tegas Muazzim dalam keterangannya, Sabtu (18/10/2025).

Muazzim juga menyinggung Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang ditujukan kepada ibu hamil, ibu menyusui, dan anak usia sekolah sebagai bagian dari intervensi pemerintah untuk menurunkan stunting. Ia menyebut para kader Posyandu dan Tim Pendamping Keluarga (TPK) sebagai pilar utama dalam pelaksanaan program-program tersebut di lapangan.

Dalam kesempatan yang sama, dr. Hariyadi Wibowo, MARS, perwakilan dari BKKBN Pusat, menjelaskan sejumlah strategi nasional dalam percepatan penurunan stunting. Pemerintah telah meluncurkan lima program unggulan yang menyasar berbagai kelompok usia dan peran dalam keluarga, yaitu:

• Genting (Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting)

• Tamasya (Taman Asuh Sayang Anak)

• Gati (Gerakan Ayah Teladan Indonesia)

• Sidaya (Lansia Berdaya)

• Super Apps BKKBN, sebuah platform digital untuk mempermudah masyarakat mengakses layanan keluarga dan kesehatan

“Program ini merupakan bukti komitmen kuat pemerintah dalam memperkuat ketahanan keluarga sebagai fondasi untuk mewujudkan Generasi Emas Indonesia 2045,” ujar Hariyadi.

Kepala BKKBN NTB, Dr. Drs. Lalu Makripuddin, juga menyampaikan bahwa tantangan utama pembangunan manusia di provinsi ini masih berkutat pada tingginya angka pernikahan anak dan prevalensi stunting.

“Kita tidak boleh hanya berhenti di forum ini. Setiap peserta harus menjadi agen edukasi di lingkungan masing-masing agar masyarakat makin sadar pentingnya membangun keluarga yang berkualitas,” ungkap Lalu.

Senada dengan itu, Plt. Kepala Dinas P3AP2KB Lombok Tengah, Kusriadi mengungkapkan, data bahwa sekitar 24.900 anak di kabupaten tersebut mengalami stunting dari total 100 ribu bayi. Ia juga mengingatkan pentingnya menghindari praktik “4 Terlalu” dalam kehidupan berkeluarga yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering, dan terlalu banyak melahirkan.

“Empat hal ini masih menjadi penyumbang besar terhadap buruknya kondisi kesehatan ibu dan anak. Ini harus menjadi perhatian serius kita bersama,” ucapnya.

Sosialisasi ini diharapkan menjadi momentum memperkuat kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat untuk menciptakan keluarga sehat, tangguh, dan berdaya saing menuju Indonesia Emas 2045.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup