Cegah Kekerasan Seksual di Sekolah, FK Unpatti Latih Guru SMA di Maluku Tengah

Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura (FK Unpatti) Ambon melalui Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) menggelar edukasi dan pelatihan penanganan serta antisipasi kekerasan seksual bagi guru dan siswa SMA di Kabupaten Maluku Tengah. Kegiatan ini menjadi upaya konkret mendorong peran aktif sekolah dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman dan ramah anak.

Rektor Unpatti, Prof Freddy Leiwkabessy menegaskan bahwa dunia pendidikan tak cukup hanya sebagai ruang transfer ilmu, melainkan juga harus menjadi tempat yang aman dari segala bentuk kekerasan, termasuk kekerasan seksual.

“Sekolah harus berfungsi sebagai benteng pertama dalam mencegah kekerasan seksual. Guru perlu dibekali pemahaman hukum serta keterampilan konseling dasar agar dapat menjadi pendamping yang efektif bagi siswa,” ujar Prof Freddy dalam keterangannya di Ambon, Senin (22/9/2025).

Pelatihan ini diikuti 32 guru dari sejumlah SMA di Maluku Tengah. Materi pelatihan mencakup pemahaman aspek hukum kekerasan seksual dan teknik konseling dasar. Metode pelatihan yang digunakan antara lain diskusi kelompok, roleplay studi kasus, serta praktik langsung teknik konseling.

Ketua Tim Pengmas FK Unpatti, Grace Latuheru, mengungkapkan bahwa kegiatan ini digagas sebagai respons atas meningkatnya kasus kekerasan seksual di kalangan remaja.

“Penanganan dan pencegahan kekerasan seksual harus dilakukan secara menyeluruh oleh pihak sekolah. Tidak cukup hanya pada ranah siswa, tapi juga guru dan kebijakan internal sekolah harus dilibatkan,” ujar Grace.

Menurutnya, antisipasi dapat dimulai melalui edukasi sejak dini, termasuk materi tentang kesehatan reproduksi, hak anak, serta bentuk-bentuk kekerasan seksual. Hal ini penting agar siswa memahami hak-hak mereka dan mampu melindungi diri.

“Guru juga perlu memiliki keterampilan konseling dasar dan pemahaman hukum agar bisa mengenali tanda-tanda awal kekerasan dan memberikan pendampingan yang tepat,” tambahnya.

Grace menyebutkan, banyak sekolah di wilayah Masohi kekurangan tenaga guru Bimbingan dan Konseling (BK), sehingga sering kali peran tersebut diisi guru agama. Untuk itu, pelatihan ini dirancang guna mengisi kekosongan peran BK dengan membekali guru berbagai keterampilan dasar konseling.

Pelatihan ini dilengkapi modul khusus dan diikuti dengan evaluasi melalui pre-test dan post-test. Hasil evaluasi menunjukkan peningkatan signifikan pada pengetahuan serta kemampuan konseling para peserta.

“Dari hasil evaluasi praktik konseling, guru-guru terbukti mampu mengaplikasikan teknik yang sudah diberikan. Antusias mereka juga tinggi karena pelatihan menggunakan pendekatan studi kasus yang relevan,” kata Grace.

Ia berharap pelatihan ini menjadi langkah awal yang mendorong sekolah-sekolah di Maluku Tengah untuk lebih siap dalam menangani serta mencegah kekerasan seksual di lingkungan pendidikan.

 

 

 

Foto : Antara

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup