Wamendikdasmen: Pendidikan Harus Cetak Generasi Cerdas dan Bermutu, Bukan Sekadar Rutinitas
Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen) Republik Indonesia, Atip Latipulhayat, menegaskan bahwa tujuan utama pendidikan nasional adalah mencetak generasi yang cerdas dan bermutu. Penegasan ini disampaikan dalam Seminar Interaktif Diseminasi Program Tes Kemampuan Akademik untuk Pendidikan Bermutu yang digelar di Pesantren Persis 76, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Rabu (17/9/2025).
Menurut Atip, penyelenggaraan pendidikan tidak boleh dipandang sebagai kegiatan rutin administratif belaka, melainkan harus bermuara pada penciptaan bangsa yang berdaya saing tinggi secara intelektual dan karakter.
“Penyelenggaraan pendidikan bukan hanya kegiatan rutin, tapi harus berujung pada terbentuknya bangsa yang cerdas,” ujar Atip, dikutip dari RRI.co.id, Kamis (18/9/2025).
Ia menjelaskan bahwa arah kebijakan pendidikan nasional berpedoman pada dua amanat utama konstitusi, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan menghadirkan pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia. Dua amanat tersebut menjadi fondasi politik pendidikan nasional yang tidak boleh diabaikan.
Pendekatan Pembelajaran Mendalam
Dalam paparannya, Atip mengungkapkan bahwa Kementerian saat ini mendorong pendekatan deep learning atau pembelajaran mendalam dalam proses belajar-mengajar. Pendekatan ini bertujuan agar siswa tidak hanya menghafal materi, melainkan mampu memahami dan mengintegrasikan pengetahuan secara menyeluruh.
“Anak-anak harus diajak berpikir mendalam, bukan hanya sekadar menghafal. Mereka perlu memahami konteks dan makna dari apa yang dipelajari,” ujarnya.
Evaluasi Jadi Instrumen Penting Ukur Mutu.
Atip juga menyoroti pentingnya evaluasi dalam dunia pendidikan. Ia menegaskan bahwa ujian, ulangan, dan tes merupakan instrumen legal yang diatur undang-undang untuk mengukur kualitas dan efektivitas sistem pendidikan.
“Yang namanya ulangan atau ujian atau tes, itu untuk menghasilkan sesuatu yang sangat baik. Untuk menghasilkan sesuatu yang bermutu,” kata Atip.
Ia mengimbau agar siswa dan pendidik tidak melihat tes sebagai momok, tetapi sebagai sarana untuk tumbuh. Evaluasi, menurutnya, tidak hanya mengukur capaian akademik, tetapi juga membantu mengidentifikasi kelemahan, serta membentuk ketangguhan mental dalam menghadapi tantangan kehidupan.
Pendidikan sebagai Wahana Pembentukan Karakter
Lebih jauh, Atip menyampaikan bahwa pendidikan tidak hanya berkaitan dengan aspek kognitif, tetapi juga harus mencakup pembentukan karakter dan nilai-nilai kebangsaan. Ia mengajak semua elemen masyarakat, khususnya lembaga pendidikan berbasis keagamaan seperti pesantren, untuk aktif berkontribusi dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.
Seminar ini dihadiri oleh para guru, santri, tokoh pendidikan lokal, serta sejumlah perwakilan dari lembaga pendidikan di wilayah Kabupaten Garut. Diseminasi program Tes Kemampuan Akademik ini menjadi bagian dari strategi nasional dalam mendorong peningkatan mutu pendidikan di berbagai jenjang, khususnya pendidikan dasar dan menengah.
Dengan pendekatan baru yang menekankan pemahaman mendalam dan evaluasi yang konstruktif, Kementerian berharap pendidikan Indonesia mampu mencetak generasi yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga tangguh secara mental dan etika, sejalan dengan visi besar menuju Indonesia Emas 2045.
Foto : Istimewa







