Sekolah Rakyat: Terobosan Pendidikan Inklusif, Anak Miskin Pindah ke Sekolah Harapan
Pemerintah meluncurkan Sekolah Rakyat sebagai langkah konkret mengatasi ketimpangan pendidikan dan sosial-ekonomi di Indonesia. Inisiatif ini merupakan tindak lanjut dari Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 8 Tahun 2025, yang dikoordinasikan oleh Kementerian Sosial (Kemensos) bersama lintas kementerian terkait.
Program Sekolah Rakyat hadir untuk memastikan anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem mendapatkan pendidikan berkualitas, setara dengan sekolah unggulan. Tak hanya pendidikan gratis, anak-anak juga dibekali berbagai fasilitas penunjang: dari seragam, makan harian, hingga asrama gratis—seluruhnya dibiayai oleh APBN dan dukungan pemerintah daerah berupa lahan dan infrastruktur.
“Sekolah Rakyat bukan sekadar sekolah gratis, tapi sekolah berkualitas dengan sistem boarding school untuk pembinaan karakter dan asupan gizi yang terjamin,” tegas Menteri Sosial Saifullah Yusuf dikutip, Selasa (29/7/2025).
Anak Putus Sekolah Jadi Prioritas
Berbeda dengan sekolah formal, Sekolah Rakyat menerapkan sistem Multi Entry–Multi Exit, memungkinkan siswa masuk kapan saja tanpa harus menunggu tahun ajaran baru. Sistem ini memudahkan anak-anak dari latar belakang sulit untuk tetap belajar sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Yang bisa ikut? Hanya anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem berdasarkan Data Terpadu Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN) milik Kemensos dan Data Pokok Pendidikan (Dapodik) dari Kemendikbudristek. Anak-anak yang masih tercatat di sekolah formal tak bisa mendaftar. Program ini menyasar anak-anak yang benar-benar tidak terjangkau sekolah.
“Proses seleksi dilakukan adil dan transparan. Prioritas utama adalah mereka yang selama ini terpinggirkan dari akses pendidikan,” ujar Saifullah.
Boarding School, Gizi Cukup, dan Kurikulum Adaptif
Sekolah Rakyat dirancang sebagai sekolah berasrama. Konsep ini bukan hanya soal tempat tinggal, tapi memastikan anak-anak mendapat lingkungan belajar yang sehat, bersih, dan aman. Makanan bergizi diberikan setiap hari, disertai penguatan karakter dan nilai-nilai kebangsaan.
Dalam kurikulum, aspek fisik, psikologis, dan akademik diseimbangkan. Kurikulum nasional dipadukan dengan pendekatan yang adaptif terhadap kebutuhan dan kesiapan individu siswa.
Guru Pilihan, Bahkan Bisa dari Luar Negeri
Tenaga pengajar dipilih melalui seleksi ketat. Para guru berasal dari jalur resmi, termasuk ASN, guru PPPK penuh/paruh waktu, serta lulusan Pendidikan Profesi Guru (PPG). Pemerintah bahkan membuka peluang bagi guru asing untuk turut serta dalam program ini guna memperkuat kualitas pengajaran.
“Dengan guru yang punya semangat perubahan sosial dan profesionalitas tinggi, Sekolah Rakyat menjadi wadah pendidikan yang tidak hanya mengajar, tetapi juga memberdayakan,” ungkap Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti.
Menjawab Kemiskinan Lewat Pendidikan
Efek program ini sudah mulai terasa. Anak-anak yang sebelumnya putus sekolah kini bisa belajar kembali, dengan bekal keterampilan hidup yang berguna. Lewat pendidikan vokasi dan karakter, mereka disiapkan untuk masuk dunia kerja atau melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.
Sekolah Rakyat bukan hanya mencetak lulusan, tapi mengangkat martabat keluarga miskin dan membuka jalan keluar dari lingkaran kemiskinan struktural. Ini adalah bentuk nyata dari kehadiran negara dalam memuliakan warganya yang paling rentan.
Harapan Baru, Masa Depan Cerah
Dengan konsep inklusif, dukungan negara, kurikulum adaptif, dan sistem pembelajaran fleksibel, Sekolah Rakyat menjadi harapan baru bagi anak-anak Indonesia yang selama ini tak tersentuh oleh sistem pendidikan formal.
“Ini bukan sekadar sekolah, ini adalah transformasi sosial,” tutup Saifullah Yusuf.
Foto : Istimewa