Gibran Bela Kemenyan: “Bukan Cuma Buat Dukun, Nilainya Setara Nikel!”
Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka kembali membuat pernyataan kontroversial yang jadi perbincangan publik. Dalam forum lingkungan bertajuk Green Impact Festival 2025 di Jakarta, Gibran menyuarakan pentingnya hilirisasi komoditas kemenyan tanaman aromatik khas Sumatera Utara yang menurutnya memiliki nilai ekonomi tinggi, bahkan bisa disetarakan dengan nikel.
Namun alih-alih diapresiasi, gagasannya justru menuai cibiran. Gibran heran mengapa publik cenderung meremehkan potensi besar yang dimiliki tanaman kemenyan.
“Ada yang pakai parfum enggak? Itu bahannya dari kemenyan. Bukan cuma dukun yang pakai kemenyan. Saya bahas kemenyan ribut, bahas AI ribut juga. Apa salahnya?” ucap Gibran dengan nada heran di hadapan audiens, Kamis (24/7/2025).
Pernyataan itu bukan tanpa dasar. Saat memberikan pembekalan di Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI pekan lalu, Gibran mengungkap hasil kunjungan kerjanya ke pusat riset tanaman kemenyan di Humbang Hasundutan, Sumatera Utara. Di sana, ia melihat langsung bagaimana kemenyan berkualitas tinggi dibudidayakan oleh masyarakat.
“Saya sebut hilirisasi kemenyan, langsung diketawain. Katanya, ‘Itu kan buat dukun’. Padahal ini komoditas bernilai tinggi. Kemenyan kita bisa jadi bahan ekspor, bahkan setara dengan nikel,” tegasnya.
Kemenyan yang selama ini identik dengan praktik mistik, kata Gibran, sebenarnya telah lama dimanfaatkan dalam industri wewangian kelas dunia. Indonesia, khususnya kawasan Tapanuli dan Humbang Hasundutan, menjadi salah satu penghasil kemenyan terbaik secara global.
Dukungan terhadap pernyataan Gibran juga datang dari Ketua Dewan Energi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan. Ia menyatakan bahwa hilirisasi kemenyan bisa menjadi motor penggerak ekonomi desa, khususnya di wilayah sentra produksi seperti Sumut.
“Hilirisasi bukan cuma menambah nilai ekonomi, tapi juga memastikan manfaatnya dirasakan langsung oleh masyarakat lokal,” ujar Luhut dalam pernyataannya Mei lalu.
Luhut menekankan bahwa kemenyan seringkali luput dari perhatian meski permintaannya tinggi di pasar internasional. Bahkan, produk kemenyan Indonesia sudah lama menembus pasar Asia dan Eropa.
“Kita punya produk unggulan, tapi kalau tidak ada proses hilirisasi dan industrialisasi, ya nilainya tetap kecil untuk petani. Ini yang mau kita ubah,” tambahnya.
Langkah Gibran yang mempromosikan hilirisasi komoditas seperti kemenyan menjadi bagian dari upaya diversifikasi ekonomi nasional. Ia berharap publik bisa lebih terbuka melihat potensi baru, termasuk dari tanaman yang selama ini dipandang sebelah mata.
“Jangan selalu anggap kemenyan itu mistis. Bisa jadi masa depan ekspor kita justru dari situ,” tutup Gibran.
Foto: Dok. BPMI Setpres