Dedi Mulyadi Kritik Gaya Hidup Boros Warga: “Negara Sudah Gratis, Tapi Anak Masih Diberi Jajan Rp40 Ribu”
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi kembali melontarkan kritik sosial terkait perilaku sebagian masyarakat dalam menyikapi fasilitas publik yang digratiskan pemerintah. Dalam sebuah unggahan video di akun Instagram pribadinya, Selasa, 15 Juli 2025, Dedi menyoroti ketimpangan antara subsidi negara dan pola hidup konsumtif masyarakat, terutama dalam mendidik anak-anak.
Menurut Dedi, dalam sistem demokrasi yang memberi kesempatan rakyat memilih pemimpin secara langsung, tuntutan terhadap layanan publik gratis semakin tinggi. Mulai dari pendidikan gratis, pelayanan kesehatan di puskesmas, hingga pengobatan di rumah sakit. Namun, ia menilai semangat efisiensi tidak diikuti oleh perubahan perilaku di tingkat rumah tangga.
“Biaya pendidikan digratiskan negara, tapi orang tua tetap memberi uang jajan ke anaknya Rp20 ribu sampai Rp40 ribu per hari. Ini ironi. Gratis di satu sisi, tapi boros di sisi lain,” ujar Dedi.
Ia menilai, jika negara diminta untuk efisien dan menanggung beban subsidi besar, maka rakyat pun perlu mengubah gaya hidup mereka menjadi lebih hemat dan produktif. Bukan hanya dengan menabung, tetapi juga dengan mengarahkan anak-anak mereka untuk tidak konsumtif sejak dini.
“Kalau belum waktunya beli motor, ya jangan dibelikan. Belum waktunya punya ponsel, jangan dipaksakan. Jangan biasakan anak hidup dalam keborosan. Karena pola ini akan berpengaruh pada masa depan mereka,” tegas mantan Bupati Purwakarta itu.
Dedi menekankan pentingnya membangun budaya investasi di tingkat keluarga. Ia menyarankan agar uang jajan anak bisa dialihkan untuk hal yang lebih bermanfaat, seperti menabung atau membiayai pendidikan masa depan.
“Kalau orang tua sudah tidak perlu bayar biaya kesehatan karena negara menanggung, ya seharusnya uang itu bisa disimpan untuk masa depan, bukan dihabiskan untuk konsumsi harian,” ujarnya.
Ia pun menutup pernyataannya dengan harapan agar lahir bangsa yang kuat, bukan hanya karena pemimpinnya cakap, tapi juga karena rakyatnya cerdas dalam mengelola keuangan.
“Kalau negara dan rakyat sama-sama efisien dan berinvestasi, maka kita akan jadi bangsa besar,” pungkas Dedi.
Foto: Instagram @dedemulyadi71