Banjir 1,5 meter di Cikarang Kembali Rendam Permukiman, Warga Mengungsi Tanpa Kepastian
Banjir setinggi hingga 1,5 meter kembali merendam permukiman padat penduduk di Kampung Kaliulu, Desa Karangraharja, Kecamatan Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, Senin malam, 8 Juli 2025. Luapan Sungai Kali Ulu yang hanya berjarak ratusan meter dari permukiman menjadi penyebab utama bencana yang datang nyaris tanpa peringatan ini.
Air mulai masuk ke rumah warga sekitar pukul 23.00 WIB dan terus naik dengan cepat hingga mencapai leher orang dewasa. Ratusan warga, termasuk anak-anak dan lanjut usia, terpaksa meninggalkan rumah mereka yang sudah tak bisa ditinggali. Sebagian besar mengungsi ke pinggir jalan karena tak tersedia posko resmi dari pemerintah.
“Air masuk rumah jam sebelas malam. Cepat banget naiknya. Saya gak sempat nyelametin apa-apa. Barang-barang udah hanyut. Rumah juga gak bisa ditempati,” kata Rohimah (66), salah satu korban banjir saat ditemui pada Selasa pagi, 9 Juli 2025.
Rohimah mengaku sudah pasrah menghadapi banjir yang kini tak lagi musiman. Ia menyebut banjir seperti ini semakin sering terjadi, bahkan hanya berselang dua hari sejak banjir sebelumnya melanda kawasan yang sama pada Minggu, 6 Juli.
“Katanya sungai udah dinormalisasi, tapi tetap aja banjir. Udah gak tahu harus gimana. Yang penting sekarang bisa selamat aja dulu,” ujarnya.
Tanpa adanya posko resmi dan fasilitas dasar yang memadai, warga terpaksa bertahan di tempat terbuka. Banyak dari mereka tidur beralaskan tanah atau terpal seadanya. Bantuan pemerintah dinilai masih sangat minim.
“Tadi pagi baru dikasih karpet sama selimut. Malam tadi saya tidur gak pakai alas, dingin banget,” kata Rohimah.
Ia juga menyebut belum adanya bantuan makanan dari pemerintah.
“Saya jualan nasi uduk, tapi semua bahan dan alat masak kerendam. Sekarang gak bisa jualan, gak ada penghasilan. Kita cuma bisa nunggu bantuan datang,” tambahnya.
Warga menyayangkan lemahnya respons pemerintah daerah terhadap banjir yang telah berulang kali terjadi. Meski program normalisasi sungai sudah dilakukan, kenyataannya banjir tetap rutin datang. Mereka berharap pemerintah tak hanya hadir saat bencana sudah terjadi.
“Kalau kali udah dinormalisasi tapi tetap banjir, ya berarti ada yang salah. Kami cuma minta solusi nyata. Jangan cuma datang kasih bantuan, lalu hilang. Kami ingin hidup tenang tanpa harus takut tiap kali hujan turun,” tegas Rohimah.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bekasi mengenai jumlah korban terdampak, kerugian, atau langkah lanjutan penanganan bencana. Warga kini menggantungkan harapan mereka pada datangnya bantuan serta perhatian lebih serius dari pemerintah pusat dan daerah.
Banjir di Cikarang bukan hanya soal cuaca ekstrem, melainkan cermin krisis tata kelola lingkungan dan infrastruktur yang perlu ditangani secara sistematis dan berkelanjutan.